Senin, 18 Juni 2012

Dosen IPB Kembangkan Kenaf untuk Bahan Baku Pulp

 Bahan Baku Pulp

Metrotvnews.com, Bogor: Seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) sedang mengembangkan tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L) melalui diversifikasi produk untuk bahan baku pulp atau bubur kertas.

Menurut Dr Ir Dede Hermawan, sang pengembang, tanaman Kenaf mempunyai peranan yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia.

"Batang kenaf secara teknis merupakan penghasil pulp mutu tinggi dibanding dengan bagas (ampas tebu) tetapi sedikit di bawah mutu pulp kayu pinus," katanya di Bogor, Ahad (17/6).

Kenaf merupakan salah satu jenis tanaman penghasil serat selain rosela (Hibiscus sabdariffa) dan yute (Corchorus capsularis).

"Serat yang dihasilkan Kenaf biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan karung goni sebagai pengemas hasil pertanian, seperti: gula, gabah, beras, kopi, kakao, kopra, lada, dan cengkeh. Selain itu, serat kenaf juga digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan doortrim mobil," katanya.

Menurut Dosen di Departemen Teknologi Hasil Hutan IPB, upaya strategis untuk mempertahankan eksistensi tanaman kenaf di Indonesia adalah dengan diversifikasi produk. Peluang diversifikasi yang relevan dengan keadaan sekarang adalah untuk bahan baku pembuatan pulp.

Selain sebagai bahan baku pulp untuk papan serat dan kertas, bagian dalam batang (core) kenaf juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel.

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebagian besar bahan baku pulp diperoleh dari hutan alam yang sudah semakin habis dan hutan tanaman industri (HTI) yang baru siap ditebang pada umur 6 - 7 tahun.

"Selama HTI tersebut belum menghasilkan, maka tanaman semusim seperti kenaf sangat berpeluang untuk dipergunakan sebagai bahan baku pulp," ujarnya.

Dijelaskannya, batang kenaf mempunyai kadar holoselulosa dan alfaselulosa yang sangat sesuai untuk pulp, di mana kadar lignin dan pentosan yang jauh lebih rendah dari bahan ligno-selulosa lainnya. Sehingga kebutuhan bahan kimia untuk larutan pemasakan juga lebih rendah.

Keunggulan dari pemanfaatan batang kenaf, lanjut Dede, yakni umurnya yang pendek, yaitu antara 4 hingga 4,5 bulan. Kenaf dapat ditanam sepanjang tahun.

Selain itu, Kenaf dapat diusahakan pada lahan banjir, irigasi dan tadah hujan. Serta dapat juga diusahakan secara tumpang sari dengan tanaman jagung, cabe, dan sisa-sisa daun dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Namun, ungkapnya, bila penyimpanan kurang baik, batang mudah lapuk dan terserang cendawan dan untuk penanaman kenaf diperlukan perkebunan benih khusus.

"Benih yang dibutuhkan untuk penanaman serat sebanyak 15 kg per hektare," tambahnya.

Diungkapkannya, dari penelitian yang dilakukannya, batang kenaf terdiri dari sekitar 40 persen lapisan tipis bagian luar dan sekitar 60 persen bagian inti yang sangat ringan.

Bagian inti (core) kenaf memiliki kerapatan sekitar 100-200 kilogram per meter kubik dengan serat yang lebih pendek dari pada bagian luar.

"Kenaf bagian core ini masih belum termanfaatkan. Pada industri serat kenaf, core kenaf merupakan hasil ikutan (by-product) yang dihasilkan dari industri tersebut, dan biasanya hanya dijadikan kayu bakar oleh petani," jelasnya.

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari tanaman kenaf, lanjut Dede, dilakukan beberapa penelitian pembuatan papan partikel dengan menggunakan core kenaf.

Dede telah melakukan beberapa penelitian di laboratorium Bio-komposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB diantaranya pembuatan papan partikel dari berbagai ukuran core kenaf dengan variasi target kerapatan papan.

Pembuatan papan partikel pada berbagai kadar parafin, pembuatan balok laminasi dari partikel core kenaf, pembuatan papan partikel core kenaf tanpa perekat, dan pembuatan papan semen-gypsum dari core kenaf dengan teknologi pengerasan autoclave.

Khusus mengenai papan semen, lanjut Dede, teknologi yang dikembangkan adalah dengan memanfaatkan CO2 dalam proses pengerasan semen. Teknologi konvensional memerlukan waktu sekitar 2 hingga 3 minggu untuk mengeraskan semen, akan tetapi dengan menggunakan pengerasan CO2 hanya memerlukan waktu sekitar 60 menit dengan kekuatan meningkat hampir tiga kali lipat.

"Keuntungan lain dari teknologi ini adalah dimungkinkan memanfaatkan CO2 dari cerobong asap industri, sehingga udara menjadi bersih," ujarnya.

Dede menambahkan, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa core kenaf dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel dengan kualitas yang baik. Selain itu, para ahli otomotif Jepang telah melirik serat kenaf sebagai bahan baku pembuatan doortrim mobil.

"Di Jepang dan Amerika, serat kenaf banyak digunakan untuk lapisan dalam mobil dan kursi mobil-mobil mewah. Dan salah satu papan partikel ini sudah diuji-coba oleh PT. Toyota Boshoku Indonesia sebagai bahan baku pembuatan doortrim mobil," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar