Sabtu, 04 Agustus 2012

Bakteri Penyebab Diare


Penyebab Diare

Apakah pernah terlintas dalam benak anda, bahwa nasi lah yang menyebabkan diare yang pernah anda alami? Tentu, pemikiran bahwa nasi penyebab diare sangat jarang terpikirkan. Namun, setelah saya membaca artikel yang dimuat dalam Reader Digest Indonesia, edisi Agustus 2006 ( Penulis : Jacqueline Hennessy dan Argarini Devi ), dipaparkan bahwa bakteri bacillus cereus yang terdapat di tanah sangat senang menempel pada biji-bijian seperti beras.Untuk itu, sebaiknya nasi yang tidak dimakan, disimpan saja dalam lemari es. 

Selain itu, dalam artikel ini dijelaskan bahwa produk-produk seperti chicken nugget, daging giling, daging olahan, ataupun ayam, juga perlu diperhatikan, mulai dari proses pembelian, penyimpanan, dan juga saat pengolahan. Karena, apabila kita salah mengelola proses-proses tersebut, bukan tidak mungkin akan menyebabkan keluhan dalam pencernaan kita. 

Selain pada nasi, ayam dan daging, bakteri juga bisa hidup pada telur, kerang dan melon. Dalam ulasan artikel ini juga dipaparkan bagaimana kita sebaiknya memilih telur, cara menyantap kerang, cara memilih dan membersihkan melon. 

Memang terkadang sewaktu saya terkena diare, saya selalu berpikir, makanan apa yang membuat saya diare? Padahal, saya merasa saya menyantap makanan di tempat yang menurut saya bersih. Apa yang salah?
Ternyata banyak faktor yang bisa menjadi pemicu diare saya. Bukan tidak mungkin, pola makan saya yang salah. Terkadang, saya sering memakan nasi kemarin, yang saya biarkan seharian di magic jar. Karena jika tidak basi, saya berpikir nasi itu masih layak untuk dimakan. Saya juga senang memakan makanan yang setengah matang, itu pun bisa menjadi faktor penyebab timbulnya diare

Saya juga sering menyimpan daging dalam freezer, karena segi kepraktisan. Terkadang malas untuk bolak-balik ke supermarket, jadi membeli dalam jumlah banyak untuk persediaan. Ternyata perilaku ini salah.
Wah, dalam artikel ini ternyata ada banyak info yang bisa kita peroleh. Dalam mengolah makanan, tidak hanya proses memasak saja yang perlu diperhatikan, tapi mulai dari proses pembelian dan penyimpanannya juga. 

Demikianlah yang dapat kami jelaaskan mengenai Penyebab Diare
»»  read more

E Coli Enterohemoragik: Bakteri Penyebab Diare Mematikan


E Coli Enterohemoragik: Bakteri Penyebab Diare Mematikan  

Bagi kebanyakan akademisi dan praktisi di bidang pangan, Escherichia coli bukan merupakan bakteri yang dianggap serius dalam konteks keamanan pangan. Namun, dalam beberapa minggu ini di Jerman, Escherichia coli (E coli) diberitakan menyebabkan penyakit pada lebih dari 3.000 orang di 14 negara dan mengakibatkan tak kurang dari 33 orang meninggal dunia.

Pada awalnya mentimun asal Spanyol diduga sebagai pembawa bakteri ini. Namun, hasil investigasi Pemerintah Jerman akhirnya mengindentifikasi kecambah (taoge) yang diproduksi suatu perusahaan pertanian organik yang menjadi pembawa bakteri.


Bakteri Penyebab Diare Mematikan 


E coli adalah bakteri yang hidup dalam usus manusia. Karena itu, bakteri ini digunakan sebagai indikator sanitasi produk pangan. Artinya, keberadaan E coli bisa digunakan untuk mengindikasikan adanya kontak dengan kotoran manusia sehingga digunakan sebagai perkiraan untuk menentukan apakah uji patogen harus dilakukan.

Konsep indikator sanitasi yang berkembang pada akhir abad ke-19 itu perlahan tergeser dengan meningkatnya kemudahan menguji patogen sehingga selain bakteri indikator sanitasi, patogen yang secara historis terkait dengan suatu jenis pangan umumnya juga diuji dan dimasukkan ke dalam standar.

Di samping itu, perkembangan teknologi, perubahan yang terjadi pada mikroorganisme, kebiasaan makan manusia, serta perubahan iklim telah memunculkan galur-galur baru sehingga E coli yang bersifat patogen ditemukan.

E Coli Enterohemoragik

Di samping E coli yang bersifat nonpatogen, ada beberapa kelompok E coli yang belakangan diketahui dapat menyebabkan penyakit. E coli enteropatogenik (EPEC), E coli enteroinvasif (EIEC), dan E coli enterotoksigenik (ETEC) adalah tiga kelompok E coli yang dikaitkan dengan penyakit diare pada bayi, serupa disentri serta diare pada wisatawan. Pada umumnya air merupakan pembawa E coli kelompok ini. Secara spesifik makanan jarang dikaitkan. Keberadaan E coli dalam pangan kemungkinan disebabkan sanitasi yang rendah.

E Coli Enterohemoragik Pernah wabah di AS


Pada tahun 1982, terjadi wabah penyakit akibat pangan (foodborne diseases) di dua negara bagian Amerika Serikat, yakni Michigan dan Oregon. Wabah ini sangat menarik perhatian karena terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, menimbulkan banyak korban, melibatkan restoran waralaba besar yang sama, dan pangan yang diimplikasikan sebagai makanan populer di negara tersebut, yakni hamburger.

Hasil investigasi menyebutkan, ditemukan galur E coli baru yang sebelumnya pernah ditemukan sekali pada tahun 1975 dari pasien diare berdarah. Bakteri ini adalah E coli O157:H7 yang kemudian dikelompokkan dalam golongan baru, yakni E coli enterohemoragik (EHEC).

Sejak kejadian itu, berbagai keracunan karena EHEC telah dilaporkan (lihat tabel). Ternyata penyebabnya tidak hanya E coli O157:H7, tetapi ditemukan juga EHEC lain, seperti E coli O157:H-, O111:H-, O26:H11, O4:H-, O11:H-, O45:H2, O103:H2, O104:H2, O111:H8, dan O145:H-.

Kasus yang sedang terjadi di Jerman dan sejumlah negara Eropa lain saat ini dilaporkan disebabkan oleh galur terbaru EHEC, yakni E coli O104:H4.

Kajian ilmiah mengenai bakteri ini menyimpulkan bahwa EHEC memiliki kemampuan menghasilkan setidaknya dua jenis toksin shiga yang juga dihasilkan oleh bakteri Shigella dysenteriae. EHEC ditengarai mendapatkan gen penyandi toksin ini melalui virus.

Dengan kemampuan menghasilkan toksin shiga, tidak seperti E coli lain, kelompok EHEC mampu menimbulkan gejala penyakit yang lebih parah. Setelah bakteri menginfeksi, di dalam tubuh penderita, toksin yang dihasilkan menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal dan otak.

Gejala penyakit yang ditimbulkan bakteri ini meliputi sakit perut yang sangat parah, bahkan kadang digambarkan setara dengan saat melahirkan, diare berdarah (sering disebutkan sebagai no stool, blood only), dan bisa menimbulkan komplikasi, seperti hemolytic uremic syndrome, sindrom yang ditandai anemia akibat terurainya sel darah merah dan gagal ginjal akut, serta thrombotic thrombocytopenic purpura, yakni gangguan yang menyebabkan penggumpalan darah di pembuluh darah halus dan penurunan jumlah keping darah.

E Coli Enterohemoragik Ditemukan di sapi


EHEC adalah mikroorganisme yang lazim ditemukan pada sapi tanpa menyebabkan penyakit pada hewan tersebut. Pencemaran bakteri ini pada daging, khususnya daging giling, sangat mungkin terjadi. Karena kesukaan mengonsumsi hamburger yang undercooked, di AS daging giling dipersyaratkan bebas dari E coli O157:H7.

Pencemaran lahan pertanian oleh kotoran sapi diduga sebagai penyebab ditemukannya bakteri ini dalam sayuran.

Meski demikian, bakteri EHEC tidak memiliki ketahanan panas yang lebih daripada E coli lain. Bakteri ini sesungguhnya sangat mudah dibunuh dengan pemanasan setara pasteurisasi (65 derajat celsius selama 30 menit) sehingga pada makanan olahan seharusnya bakteri patogen ini dapat dihindari.

Investigasi wabah EHEC pada hamburger di AS menunjukkan, alat pemanggang tidak berfungsi dengan baik serta ukuran burger yang jumbo mengakibatkan patogen ini masih bertahan.

Kewaspadaan lebih tinggi harus dilakukan ketika seseorang mengonsumsi makanan tidak diolah, seperti tomat, selada, mentimun, dan taoge, serta bahan mentah lain. Sifat EHEC lain yang dapat mendukung keberadaan bakteri ini dalam pangan adalah kemampuannya bertahan dalam makanan beku sampai sembilan bulan dan daya tahan terhadap lingkungan asam.

Keberadaan E coli enterohemoragik dalam beberapa pangan mentah di Indonesia telah dilaporkan dalam beberapa publikasi ilmiah. Kebiasaan memasak daging sampai matang, khususnya daging giling, dapat menurunkan risiko terinfeksi bakteri ini.

Kajian beberapa peneliti di Indonesia melaporkan, E coli enterohemoragik diisolasi dari 1 persen penderita diare di Indonesia. Patogen lain, seperti Vibrio cholerae, Shigella flexneri, Salmonella spp, dan Campylobacter jejuni, ditemui dalam persentase yang jauh lebih tinggi.

Meski demikian, tidak ada salahnya mewaspadai konsumsi makanan mentah dengan mencuci bersih, memblansir dan menggunakan senyawa antimikroba yang diizinkan jika diperlukan.

RATIH DEWANTI-HARIYADI Ketua Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana IPN; dan Anggota The International Commission on Microbiological Specification for Foods (ICMSF)
»»  read more

Rotavirus, Penyebab Diare Berat


Rotavirus - Berbeda dengan diare yang disebabkan oleh bakteri, diare akibat rotavirus besar kemungkinannya akan menyebabkan dehidrasi berat dan muntah lebih sering yang berujung total pada kematian. Di Indonesia, rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari diare, yakni sekitar 60 persen. Sedangkan yang penyebabnya bakteri dan memerlukan antibiotik paling banyak hanya sekitar 20 persen.



Berbeda dari diare pada umumnya, infeksi rotavirus biasanya dimulai dari gejala klinis berupa demam selama berhari-hari dan muntah hebat secara terus-menerus yang segera diikuti dengan diare berupa air tanpa ampas.
Kendati bisa menyerang siapa saja, rotavirus menjadi penyebab utama infeksi saluran pencernaan anak, terutama bayi-bayi yang baru lahir yang sistem pertahanan tubuhnya memang masih rentan. Diarenya sendiri termasuk kategori akut karena rata-rata berlangsung selama 3-9 hari. Sementara muntahnya juga 3 kali lebih banyak dibandingkan muntah berak yang disebabkan oleh bakteri.

Yang juga mesti diwaspadai pada diare akibat rotavirus adalah lamanya diare yang bisa berlangsung selama 3-9 hari. Hilangnya cairan lewat muntah hebat dan BAB tanpa ampas tentu saja sangat menguras cairan tubuh secara drastis. Akibatnya, si kecil dapat mengalami dehidrasi selama kurun waktu tersebut sehingga tak sempat terselamatkan.
Sebagian kecil kasus rotavirus akan sembuh dengan sendirinya bila daya tahan tubuh penderita terbilang sangat baik. Mereka ini, antara lain, para bayi yang mendapatkan cukup ASI selama 6 bulan pertama.

Sayangnya, kondisi sebagian besar penderita malah berkembang parah, antara lain karena pemberian oralit sering tak dapat menggantikan cairan yang keluar. Kalau sudah begini, satu-satunya solusi yang disarankan adalah sesegera mungkin membawa si kecil ke rumah sakit.

Yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan risiko penularan infeksi adalah menghindari terpaparnya bayi dan anak dari mereka yang menderita gastroenteritis akut di lingkungan keluarga atau tempat umum lain yang tak terjaga kebersihannya.

Selalu biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang anak. Tindakan pencegahan yang paling ampuh yang disarankan adalah pemberian vaksin yang memang merupakan pilihan seperti sudah diterapkan di banyak negara. Sayangnya, Indonesia belum memasukkan vaksin ini dalam daftar imunisasi untuk bayi atau anak.
»»  read more

Rabu, 01 Agustus 2012

Tim Olympiade London 2012 dari Indonesia Ngenes


Olympiade London 2012

 Meskipun maish jauh dibandingkan dengan negara-negara lain, tapi setidaknya lumayanlah. Tim Indonesia sudah bisa mengantongi total 1 Mendali Emas dan Dua mendali lain. Eh ternyata setelah dilihat baik2, kita belum ada mengantongi 1 mendali emas Pun, jadi total medali yang kita raih seajauh ini adalah 2 medali (Perak dan perunggu).

Meskipun demikian kita harus tetap semangat mendoakan mereka, supaya lebih baik lagi kedepannya. Bila dibandingkan dengna China, Tim Olympiade London 2012 dari Indonesia sangat jauh tertinggal, mereka sudah mengantongi 13 Medali Emas dan beberapa mdali lain.
Meskipun demikian tidka membuat rasa nasionalismeku Luntur J. Ingat masa2 dulu semasa Perjungan sebelum 45 J
Ayo kita dukung terus Tim Olympiade kita. Semangat !!!
»»  read more