Jumat, 22 Juni 2012

Atlet yang Diselimuti Keberuntungan

Atlet yang Diselimuti Keberuntungan

 

Gol Tangan Tuhan dari Maradona (Getty Images)





Ada pepatah Amerika Serikat mengatakan: "Anda lebih baik beruntung daripada jago... dan sebaiknya Anda mempunyai keberuntungan, karena Anda itu sangat tidak jago."

Selama 10 hari terakhir timnas Inggris di bawah asuhan Roy Hodgson memberi makna baru pada pepatah itu. Pada pertandingan pertama dapat dilihat Prancis menghasilkan puluhan tembakan ke gawang Inggris tapi selalu melebar. Sementara itu upaya satu sundulan ke gawang Prancis berbuah gol untuk Inggris.

Kemudian ketika melawan Swedia, Theo Walcott berspekulasi dengan menendang bola ke arah gawang di tengah-tengah padatnya pertahanan, kiper lawan pun salah langkah dalam mengantisipasi arah datangnya bola.

Dilanjutkan dengan gol Ukraina yang dianggap tidak sah. Padahal dari tayangan ulang terlihat John Terry menyapu bola yang sebenarnya sudah melewati garis gawang.

Kejadian itu mematahkan perkataan Michel Platini yang menyatakan bahwa sepasang mata manusia akan bekerja lebih baik daripada kamera digital 1000 fps yang melaporkan kembali ke komputer canggih.

Inggris sangat beruntung, bahkan jika gol hantu Ukraina diberikan dan tuan rumah dapat kembali mencetak gol. Itu tidak akan menghentikan laju The Three Lions ke perempat final. Karena apa pun hasil Prancis melawan Swedia, Inggris bisa tetap lolos walau berakhir imbang karena selisih gol.

Berikut ini empat atlet yang pernah mendapat keberuntungan dalam kariernya:


Diego Maradona mencetak gol padahal menyentuh bola dengan tangan.


Bintang Argentina, Diego Maradona memiliki segalanya, kecuali tinggi badan. Tampaknya wasit atau hakim garis tidak pernah berpikir bahwa satu-satunya cara bagi striker setinggi 5’5 kaki itu bisa melompati Peter Shilton, (6'1 kaki) demi memenangkan bola adalah dengan menggunakan tangan.

Dan itulah yang ia lakukan di menit ke-51 babak perempat final Piala Dunia 1986 melawan Inggris. Meski para pemain Inggris melakukan protes, gol tersebut tetap disahkan.

Gol itu kemudian dikenal dengan sebutan 'Gol Tangan Tuhan'.

Namun Maradona 'membayarnya' dengan mencetak gol spektakuler dengan menggocek lima pemain Inggris.


Allan Wells menjadi manusia tercepat di dunia


Pelari Skotlandia itu mendapatkan dua macam keberuntungan untuk menjadi peraih medali emas Olimpiade di nomor 100 meter putra di Moskow pada 1980. Pertama, sebagian besar pesaing utamanya bahkan tidak hadir pada ajang itu karena boikot Amerika Serikat.

Dan kedua, keputusan sepersekian detik untuk melirik pelari Kuba Silvio Leonard saat balapan, membuatnya memutuskan bahwa ia harus mencondongkan dirinya melalui pita finish untuk menang. Dia mencondongkan badan pada sudut sempit dan meskipun kedua pelari sama-sama mendapatkan waktu 10,25 detik (dalam kondisi dingin dan berangin), Wells yang dinobatkan menjadi juara setelah hasil foto dicetak.

Wells secara kebetulan kemudian mengalahkan dua pelari tercepat Amerika Serikat tahun itu, Mel Lattany dan Stanley Floyd, dalam sebuah pertandingan.


Chicago Bulls akhirnya mendapatkan Michael Jordan


Bulls hanya berada di posisi tiga pada klasemen NBA musim 1984. Tapi untungnya ialah Houston Rockets dan Portland Trail Blazers sedang sangat membutuhkan pemain bertahan, yang artinya mereka tidak membutuhkan pemain dengan naluri mencetak angka.

Hal itu membuat Bulls leluasa untuk memilih pemain College of the Year (Pemain Mahasiswa Terbaik Tahun Ini) yaitu Michael Jordan... yang kemudian menjadi pemain basket terbaik abad ini.


Lleyton Hewitt memenangkan US Open dan Wimbledon


Kadang-kadang keberuntungan adalah kebetulan yang bodoh, kadang-kadang kemalangan lawan, dan kadang-kadang kekosongan tim untuk membiarkan bintang kecil bersinar lebih terang.

Itu adalah kasus bintang tenis Australia Hewitt, mantan petenis nomor satu dunia yang puncak kariernya bertepatan dengan penurunan performa Pete Sampras dan kemunculan Roger Federer.

Hewitt — pemenang US Open pada 2001 dan Wimbledon pada 2002 — bukanlah satu-satunya pemain yang mendapatkan keuntungan. Di era yang sama ada dua petenis yang memiliki keberuntungan yaitu Juan Carlos Ferrero dan Carlos Moya.

Sekarang bayangkan berapa banyak gelar Grand Slam yang bisa dimenangkan Roger Federer dan Rafael Nadal jika mereka tidak bermain di masa yang sama.

0 komentar:

Posting Komentar