E Coli Enterohemoragik: Bakteri Penyebab Diare Mematikan  
Bagi kebanyakan akademisi dan praktisi di bidang pangan, Escherichia 
coli bukan merupakan bakteri yang dianggap serius dalam konteks keamanan
 pangan. Namun, dalam beberapa minggu ini di Jerman, Escherichia coli (E coli) 
diberitakan menyebabkan penyakit pada lebih dari 3.000 orang di 14 
negara dan mengakibatkan tak kurang dari 33 orang meninggal dunia.
Pada awalnya mentimun asal Spanyol diduga sebagai pembawa bakteri ini. 
Namun, hasil investigasi Pemerintah Jerman akhirnya mengindentifikasi 
kecambah (taoge) yang diproduksi suatu perusahaan pertanian organik yang
 menjadi pembawa bakteri.
Bakteri Penyebab Diare Mematikan 
E coli adalah bakteri yang hidup dalam usus manusia. Karena itu, bakteri
 ini digunakan sebagai indikator sanitasi produk pangan. Artinya, 
keberadaan E coli bisa digunakan untuk mengindikasikan adanya kontak 
dengan kotoran manusia sehingga digunakan sebagai perkiraan untuk 
menentukan apakah uji patogen harus dilakukan.
Konsep indikator sanitasi yang berkembang pada akhir abad ke-19 itu 
perlahan tergeser dengan meningkatnya kemudahan menguji patogen sehingga
 selain bakteri indikator sanitasi, patogen yang secara historis terkait
 dengan suatu jenis pangan umumnya juga diuji dan dimasukkan ke dalam 
standar.
Di samping itu, perkembangan teknologi, perubahan yang terjadi pada 
mikroorganisme, kebiasaan makan manusia, serta perubahan iklim telah 
memunculkan galur-galur baru sehingga E coli yang bersifat patogen 
ditemukan.
E Coli Enterohemoragik
Di samping E coli yang bersifat nonpatogen, ada beberapa kelompok E coli
 yang belakangan diketahui dapat menyebabkan penyakit. E coli 
enteropatogenik (EPEC), E coli enteroinvasif (EIEC), dan E coli 
enterotoksigenik (ETEC) adalah tiga kelompok E coli yang dikaitkan 
dengan penyakit diare pada bayi, serupa disentri serta diare pada 
wisatawan. Pada umumnya air merupakan pembawa E coli kelompok ini. 
Secara spesifik makanan jarang dikaitkan. Keberadaan E coli dalam pangan
 kemungkinan disebabkan sanitasi yang rendah.
E Coli Enterohemoragik Pernah wabah di AS
Pada tahun 1982, terjadi wabah penyakit akibat pangan (foodborne 
diseases) di dua negara bagian Amerika Serikat, yakni Michigan dan 
Oregon. Wabah ini sangat menarik perhatian karena terjadi dalam kurun 
waktu yang hampir bersamaan, menimbulkan banyak korban, melibatkan 
restoran waralaba besar yang sama, dan pangan yang diimplikasikan 
sebagai makanan populer di negara tersebut, yakni hamburger.
Hasil investigasi menyebutkan, ditemukan galur E coli baru yang 
sebelumnya pernah ditemukan sekali pada tahun 1975 dari pasien diare 
berdarah. Bakteri ini adalah E coli O157:H7 yang kemudian dikelompokkan 
dalam golongan baru, yakni E coli enterohemoragik (EHEC).
Sejak kejadian itu, berbagai keracunan karena EHEC telah dilaporkan 
(lihat tabel). Ternyata penyebabnya tidak hanya E coli O157:H7, tetapi 
ditemukan juga EHEC lain, seperti E coli O157:H-, O111:H-, O26:H11, 
O4:H-, O11:H-, O45:H2, O103:H2, O104:H2, O111:H8, dan O145:H-.
Kasus yang sedang terjadi di Jerman dan sejumlah negara Eropa lain saat 
ini dilaporkan disebabkan oleh galur terbaru EHEC, yakni E coli O104:H4.
Kajian ilmiah mengenai bakteri ini menyimpulkan bahwa EHEC memiliki 
kemampuan menghasilkan setidaknya dua jenis toksin shiga yang juga 
dihasilkan oleh bakteri Shigella dysenteriae. EHEC ditengarai 
mendapatkan gen penyandi toksin ini melalui virus.
Dengan kemampuan menghasilkan toksin shiga, tidak seperti E coli lain, 
kelompok EHEC mampu menimbulkan gejala penyakit yang lebih parah. 
Setelah bakteri menginfeksi, di dalam tubuh penderita, toksin yang 
dihasilkan menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal dan otak.
Gejala penyakit yang ditimbulkan bakteri ini meliputi sakit perut yang 
sangat parah, bahkan kadang digambarkan setara dengan saat melahirkan, 
diare berdarah (sering disebutkan sebagai no stool, blood only), dan 
bisa menimbulkan komplikasi, seperti hemolytic uremic syndrome, sindrom 
yang ditandai anemia akibat terurainya sel darah merah dan gagal ginjal 
akut, serta thrombotic thrombocytopenic purpura, yakni gangguan yang 
menyebabkan penggumpalan darah di pembuluh darah halus dan penurunan 
jumlah keping darah.
E Coli Enterohemoragik Ditemukan di sapi
EHEC adalah mikroorganisme yang lazim ditemukan pada sapi tanpa 
menyebabkan penyakit pada hewan tersebut. Pencemaran bakteri ini pada 
daging, khususnya daging giling, sangat mungkin terjadi. Karena kesukaan
 mengonsumsi hamburger yang undercooked, di AS daging giling 
dipersyaratkan bebas dari E coli O157:H7.
Pencemaran lahan pertanian oleh kotoran sapi diduga sebagai penyebab ditemukannya bakteri ini dalam sayuran.
Meski demikian, bakteri EHEC tidak memiliki ketahanan panas yang lebih 
daripada E coli lain. Bakteri ini sesungguhnya sangat mudah dibunuh 
dengan pemanasan setara pasteurisasi (65 derajat celsius selama 30 
menit) sehingga pada makanan olahan seharusnya bakteri patogen ini dapat
 dihindari.
Investigasi wabah EHEC pada hamburger di AS menunjukkan, alat pemanggang
 tidak berfungsi dengan baik serta ukuran burger yang jumbo 
mengakibatkan patogen ini masih bertahan.
Kewaspadaan lebih tinggi harus dilakukan ketika seseorang mengonsumsi 
makanan tidak diolah, seperti tomat, selada, mentimun, dan taoge, serta 
bahan mentah lain. Sifat EHEC lain yang dapat mendukung keberadaan 
bakteri ini dalam pangan adalah kemampuannya bertahan dalam makanan beku
 sampai sembilan bulan dan daya tahan terhadap lingkungan asam.
Keberadaan E coli enterohemoragik dalam beberapa pangan mentah di 
Indonesia telah dilaporkan dalam beberapa publikasi ilmiah. Kebiasaan 
memasak daging sampai matang, khususnya daging giling, dapat menurunkan 
risiko terinfeksi bakteri ini.
Kajian beberapa peneliti di Indonesia melaporkan, E coli enterohemoragik
 diisolasi dari 1 persen penderita diare di Indonesia. Patogen lain, 
seperti Vibrio cholerae, Shigella flexneri, Salmonella spp, dan 
Campylobacter jejuni, ditemui dalam persentase yang jauh lebih tinggi.
Meski demikian, tidak ada salahnya mewaspadai konsumsi makanan mentah 
dengan mencuci bersih, memblansir dan menggunakan senyawa antimikroba 
yang diizinkan jika diperlukan.
RATIH DEWANTI-HARIYADI Ketua Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah 
Pascasarjana IPN; dan Anggota The International Commission on 
Microbiological Specification for Foods (ICMSF)
»»  read more