Kematian akibat penyakit kanker di negara berkembang diproyeksikan
jauh lebih besar dan melampaui negara maju. Penderita kanker di negara
berkembang, termasuk Indonesia, juga cenderung lebih muda.Hal itu
dikemukakan dokter subspesialis hematologi-onkologi medik yang juga
pengurus Yayasan Kanker Indonesia Aru Sudoyo, dalam acara Roche Media
Health Forum tentang penyakit kanker di Jakarta, Jumat (22/6/2012).
Mengutip
data proyeksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di seluruh dunia, Aru
mengatakan, total kematian akibat kanker di negara maju cenderung
stagnan, yakni 2,1 juta kematian tahun 2005 diproyeksikan menjadi 2,5
juta jiwa pada tahun 2030. Namun, di negara berkembang, jumlah kematian
jauh lebih besar proyeksinya, yakni dari 5,5 juta jiwa tahun 2005
menjadi 8,9 juta kematian tahun 2030.
Jenis kanker yang paling
sering terjadi di dunia ialah kanker leher rahim, payudara, nasofaring,
rektum, kulit, indung telur, tiroid, usus besar, dan getah bening.
Selain itu, penduduk di negara berkembang cenderung lebih muda usianya
terkena kanker.
Aru mencontohkan, untuk kanker usus besar dan
rektum, misalnya, di negara maju seperti Kanada, kasus pada penduduk di
bawah usia 40 tahun sekitar 3 persen menurut data National Cancer
Insitute negara itu. Sebagian besar kanker mulai terjadi pada penduduk
berusia 50 tahun -60 tahun.
Di negara berkembang, seperti kasus
pada usia di bawah 40 tahun sekitar 30 persen. "Di Indonesia, kanker
usus besar mulai sering ditemukan pada usia 30 tahun-40 tahun," ujarnya.
Dia
mengatakan, perubahan gaya hidup seperti diet yang buruk, kurang
aktivitas, merokok; serta lemahnya deteksi dini menambah jumlah
penderita kanker di negara berkembang. Sedangkan, di negara maju kanker
semakin baik diantisipasi dengan kesadaran deteksi dini, edukasi
memadai, dan ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan, serta asuransi
kesehatan.
"Saat ini, edukasi tentang kanker, deteksi dini, dan faktor risikonya sangat penting," ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar