Kamis, 21 Juni 2012

Lima Kebohongan Wanita Tentang Uang Pada Dirinya Sendiri

Kebohongan Wanita Tentang Uang

 

1. "Tagihan bukan kewajiban saya."

Saya sangat akrab dengan kebohongan ini. Ketika resesi mulai mencengkeram, saya dan suami saya, Dan, menganggur selama lebih dari sembilan bulan sebelum memutuskan kembali bersekolah.

Pada saat itu kami telah memiliki anak pertama, dan gabungn antara resesi serta menjadi ibu yang terjadi cukup cepat membuat saya kewalahan. Suatu malam, ketika anak saya berusia dua pekan, saya berkata kepada Dan, "Saya tidak bisa mengurus tagihan lagi. Hal itu harus menjadi tugasmu.”

Meskipun Dan mengambil alih dengan penuh percaya diri, kami segera menyadari bahwa sebuah masalah berat tidak bisa dibebankan begitu saja ke atas pundak seseorang. Kami perlu memikirkannya bersama-sama serta menyusun strategi. Dengan begitu, masalah di hadapan akan terasa lebih ringan.

2. "Jika saya membungkus makanan, saya dapat memakannya malam ini dan setengah pada esok hari — dua kali makan untuk satu porsi, benar-benar menghemat uang dan waktu."

Saya sangat menyukai ide brilian ini karena saya tidak bisa menghitung berapa kali saya berpikir bahwa itu "patut dicoba" untuk membeli kopi atau makanan ringan ketika saya bisa dengan mudahnya memasukkan sisa kopi pagi ke dalam termos, mengambil apel dan menempatkan beberapa iris keju ke dalam wadah makanan.

Tetapi sayangnya, tidak ada minuman atau makanan olahan yang lebih murah daripada buatan sendiri, tidak peduli berapa lama waktu yang Anda hemat, tidak peduli bagaimana Anda mengiris dan membagi-baginya.

3. "Mengambil uang di ATM bersama memang kena biaya tambahn, tapi nggak apa-apa deh daripada membuang waktu mencari ATM bank sendiri."

Mari kita berhitung. Misalkan dalam sehari ada 30 orang yang mengambil ATM dengan biaya tambahan Rp 5000 untuk setiap penarikan. Total biaya tambahan yang dikeruk ATM itu dalam sebulan adalah Rp 4,5 juta sendiri.

Dalam setahun? Rp 54 juta. Itu baru dari satu ATM. Di saat satu pihak kehilangan uang, pihak lain menangguk keuntungan. Lebih baik berjalan ekstra lima menit untuk mencari ATM bank sendiri.

4. "Saya akan memakainya selamanya..."

Saya bertemu seorang wanita yang sedang berada di taman bacaan beberapa bulan lalu, yang menceritakan kepada saya sebuah kisah yang benar-benar membekas: Dia mengatakan bahwa ketika resesi dimulai, selama enam bulan dia tidak akan berbelanja apa pun kecuali sudah benar-benar penting.

Dia akan mencoba menemukan pengganti semuanya yang dia "butuhkan" dengan barang bekas yang sudah dimilikinya atau dia tidak menggunakan sama sekali. Sesuatu yang benar-benar mengejutkan terjadi: Setiap kali dia berpikir bahwa dia "membutuhkan" sesuatu, dia langsung turun ke ruang bawah tanahnya — dan ia akan menemukan sesuatu barang yang masih layak, tersimpan dengan baik.

Kita sering menipu diri kita dengan membeli sesuatu dengan mengatakan "Saya akan memakai ini atau menggunakan ini selamanya," tapi kita lupa untuk melihat di sekitar kita untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki sesuatu yang sama yang mungkin masih berfungsi sama baiknya.

5. "Ini baik untuk pernikahan saya atau anak-anak saya."

Saya sebenarnya merasa simpati ketika saya mendengar kebohongan ini karena saya mengerti kita semua ingin membuat pasangan kita atau anak-anak bahagia. Namun kenyataannya jika Anda tidak mampu membelinya, Anda benar-benar tidak mampu membelinya.

Saya mengerti Anda perlu sedikit liburan, dan begitu juga keluarga Anda. Jadi, inilah yang saya sarankan: Matikan telepon seluler Anda pada hari Sabtu dan pergilah ke sebuah taman di dekat kediaman Anda. Bawalah perangkat untuk piknik dari rumah dan beberapa buku, selembar selimut, layang-layang, beberapa sarung tangan dan bola.

Itu adalah liburan yang layak didapatkan semua orang — semua orang mampu melakukan hal itu.

0 komentar:

Posting Komentar