Bulan Sya’ban secara urutan bulan
Hijriah jatuh sebelum bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah
Radhiyallahu ‘Anh menceritakan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bahkan dalam riwayat
lain dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa. Dalam hadits lain
disebutkan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa mayoritas
hari-hari bulan Sya’ban. Mengapa?
Ada beberapa rahasia di antaranya:
Pertama, puasa adalah
kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya
berpuasa. Dalam surah Al Baqarah 183 Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyebutkan bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat manusia
tertentu tetapi juga kepada umat manusia terdahulu. Ini menunjukkan
bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak bisa tidak harus dilakukan. Ilmu
kedokteran modern membuktikan bahwa dengan puasa pencernaan seseorang
akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus menerus digunakan
untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang berpuasa ia akan
semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang seringkali
disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia
berpuasa.
Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya puasa bagi orang-orang beriman. Jadi pengertian ayat: kutiba alaikumush shiyaam
itu maksudnya untuk bulan Ramadhan. Karena itu dalam sebuah hadits Nabi
menegaskan bahwa di bulan Ramadhan diwajibkan atas orang-orang beriman
berpuasa. Adalah suatu persiapan yang sangat strategis ketika Rasulullah
selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Ibarat sebuah turnamen,
bulan Ramadhan adalah ajang perlombaan beramal saleh, cerminan ayat: “fastabiqul khairaat (berlomba-lombalah dalam kebaikan)” Al
Baqarah:148. Karena itu sebelum masuk Ramadhan hendaklah melakukan
persiapan-persiapan terlebih dahulu dengan memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban. Kita semua tahu bahwa para peserta turnamen pasti melakukan
persiapan sebulan dua bulan sebelumnya. Itulah rahasia mengapa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban. Agar tidak loyo selama bulan Ramadhan. Agar lebih maksimal
melaksanakan ibadah-ibadah Ramadhan yang semuanya saling melengkapi
untuk mengantarkan kepada ketakwaan.
Ketiga, ibadah puasa
adalah ibadah menahan nafsu. Suatu perjuangan yang senantiasa harus
dilakukan oleh orang-orang beriman. Dalam surah An Nazi’at: 40, Allah
Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa jalan ke surga adalah dengan upaya
terus-menerus membangun rasa takut kepada Allah dan menahan nafsu.
Mengapa? Sebab Setan berkerja terus menerus, siang dan malam untuk
menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa. Kerja keras setan ini tidak
bisa tidak menuntut kita untuk bekerja keras juga guna mengimbanginya.
Orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, tentu akan selalu
waspada dari godaan setan. Caranya dengan banyak berpuasa. Semakin
sering berpuasa, semakin sempit jalan-jalan setan untuk menggoda. Sebab
dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa setan seringkali masuk melalui
makanan. Maka semakin banyak makan, semakin mudah digoda setan.
Karenanya orang yang kekenyangan akan selalu malas beribadah.
Keempat, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah contoh pribadi berakhlak mulia. Allah berfirman: “Wainnaka la’alaa khuluqin adhiim (Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar mempunyai akhlaq yang agung)”
Al Qalam:4. Maka setiap yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam pasti baik untuk kemanusiaan di dunia maupun di akhirat. Tidak
ada perbuatan yang dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
kecuali membawa manfaat bagi kehiduapan manusia jika diikuti. Dan bila
kita teliti secara seksama, menejemen modern yang mengantarkan munculnya
negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan bisnis kelas dunia, di
dalamnya akan kita temukan nilai-nilai universal yang pada dasarnya itu
adalah bagian dari ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam Maka dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, itu
sungguh sangat baik dan bermanfaat, tidak saja di dunia tetapi juga di
akhirat.
Kelima, adapun mengenai
amalan di pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban), sekalipun ada
sebagian hadits yang dianggap hasan oleh para ulama hadits, tetapi
terpenting sebenarnya adalah memperbanyak puasa selama bulan Sya’ban,
bukan mengkhususkannya pada pertengahan saja.
Imam An Nasa’i meriwayatkan sebuah
hadits dari Usamah bin Zaid tentang rahasia memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban, Nabi bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering
dilalaikan oleh banyak orang, karena itu terjepit antara Rajab dan
Ramadhan. Padahal ia adalah bulan di angkatnya amal manusia, maka aku
suka ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa.”
http://www.hasanalbanna.com/bulan-syaban/?t=Bulan+Sya%E2%80%99ban
http://www.hasanalbanna.com/bulan-syaban/?t=Bulan+Sya%E2%80%99ban
0 komentar:
Posting Komentar