Sabtu, 23 Juni 2012

Jangan Minder karena Afasia

Minder karena Afasia 

Afasia atau sulit bicara yang biasa terjadi pascastroke biasanya membuat seseorang rendah diri dan minder bergaul. Padahal, menjalin komunikasi dengan lingkungan menjadi obat mujarab untuk penyembuhan stroke.

Di usia yang terhitung belia, David Dow,10,dari Madison, Ohio,Amerika Serikat,telah mengalami stroke.Stroke yang terjadi pada 1995 ini disebabkan adanya kelainan genetik langka yang menyumbat pembuluh darahnya. Pembuluh darah akhirnya pecah dan membuat David terkena stroke. Melalui dua operasi,David pun bisa lolos dari serangan stroke tersebut.Namun,dia mengalami afasia atau kesulitan bicara pascastroke. Tentu saja,kondisi ini membuat David kurang percaya diri.

Beruntung,ibu dan ayah tirinya sangat mendukung dan memberi semangat kepada David.Begitu juga dengan teman-teman di sekolahnya yang memberikan dukungan agar David tidak minder dengan afasia yang dialaminya. Keluarga Dow juga memberikan David les belajar tambahan setiap hari,kursus komputer,dan kelas seni. David juga berhasil menulis buku tentang kisahnya sebagai pasien stroke yang laris di pasaran, mendesain peralatan tulis dan kaus.

Kini, David sedang menjalani kuliahnya di perguruan tinggi lokal dan bekerja paruh waktu di perusahaan ritel Abercrombie and Fitch. David adalah contoh pasien afasia yang berhasil bertahan hidup berkat dukungan keluarga dan lingkungan sekitarnya.Tapi di luar itu,lebih banyak orang yang gagal kembali bergaul dengan lingkungan garagara dia mengalami afasia.

Afasia didefinisikan sebagai gangguan berbahasa yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak.Penyebab tersering adalah akibat stroke.”Tidak hanya stroke, bisa juga karena tumor otak atau perdarahan di pusat otak,”ujar spesialis saraf dari FKUI/RSCM,dr Silvia Francina Lumempouw SpS (K) ketika dihubungi Sindo. Silvia mengemukakan, umumnya afasia muncul bila otak kiri terganggu.

Sebab, otak kiri bagian depan berperan untuk kelancaran menuturkan isi pikiran dalam bahasa dengan baik dan otak kiri bagian belakang untuk mengerti bahasa yang didengar dari lawan bicara.Sementara otak kanan,berfungsi mengontrol kegiatankegiatan nonverbal dan persepsi ruang. ”Jika otak bagian kiri depan yang tersumbat,maka pasien menjadi tidak bisa berbicara.Jika menyerang otak kiri belakang,dia masih bisa bertutur,namun tidak nyambung,”ujar dia.

Ada juga beberapa laporan yang menyatakan,gangguan afasia dapat terjadi di belahan otak kanan,meski kasusnya sangat jarang. Peran pasien afasia dalam kehidupan sosial mungkin berubah setelah terkena gangguan ini.Bukannya membanyol,dia mungkin menjadi orang yang hanya menertawakan lelucon.Jika penderita adalah pengatur seluruh kegiatan keluarga, kini dia hanya bisa duduk tenang di acara tersebut.

Kunci untuk menangani penderita adalah tetap disertakan dalam acara keluarga,namun dalam cara yang berbeda dan merupakan kegiatan yang memuaskan dan penting. Seiring waktu,banyak penderita afasia dapat tetap kaya dan menikmati kehidupan yang sosial bermanfaat.Belajar untuk berkomunikasi lagi adalah salah satu fungsi penting rehabilitasi terapi afasia.

“Keinginan untuk terhubung dengan orang lain melalui bahasa,itulah esensi dari rasa kemanusiaan kita,”kata Susan Jackson,ahli patologi kemampuan bahasa dan bicara,yang juga dosen di University of Kansas Medical Center,Kansas City,Kansas, Amerika Serikat. The National Aphasia Association menyatakan, setengah dari pasien dengan gejala afasia pulih dalam beberapa hari pertama.Namun, ada banyak faktor yang menyebabkan proses pemulihan membutuhkan waktu lebih lama.

Hasil sebuah studi dari lebih 100 pasien stroke dengan afasia mencatat adanya kemajuan signifikan pada pasien yang menjalani terapi intensif,melalui sesi individual dengan seorang profesional terlatih selama minimal 12 minggu. “Gangguan pada otak tidak akan sembuh sendiri dari waktu ke waktu,tetapi perlu intervensi untuk membuat pemulihan yang lebih baik,” ujar Jackson.

Bagi Anda yang sedang berjuang melawan afasia,wajar jika Anda merasa tidak nyaman berada dalam situasi sosial.Anda mungkin kurang percaya diri dalam kemampuan untuk berkomunikasi sehingga masih ragu untuk berbicara.

Anda memang tidak dapat berbicara dengan baik atau memahami percakapan dengan cepat,tapi itu tidak berarti Anda tidak boleh berpartisipasi dalam komunikasi verbal. Terapi bicara dan bahasa dapat membantu Anda meraih kembali kemampuan bahasa dan kepercayaan sosial Anda.rendra hanggara   

0 komentar:

Posting Komentar